Proses Fluvial dan Pembentukan Sungai
Beberapa faktor alam mempengaruhi proses fisik morfologi sungai. Sejalan dengan aliran air mengalir ke hilir energi bergerak mengikuti transport air dan material di dalam palung sungai dan dataran banjir. Schumm (1977) membagi 3 zona interaksi air dan lahan dalam sistem fluvial sebagai berikut:
1. Zona Pemasok Sedimen
Merupakan bagian hulu DAS memiliki lembah berbentuk v yang langsung merupakan tebing sungai. Sungai memiliki kemiringan memanjang yang curam serta butiran sedimen yang besar. Aliran air mengalir deras dengan kecepatan tinggi. Banyak terjadi aktifitas erosi dari tebing dan dasar sungai.
Zona Pemasok Sedimen (Sumber: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi)
2. Zona Transportasi Sedimen
Letaknya di hilir zona 1 sungai mulai membentuk dataran banjir. Di zona ini sedimen dari hulu yang berasal dari hasil erosi tebing dan dasar sungai didistribusi ke hilir. Sedimen bervariasi dari batu kerikil dibagian hulu sampai lumpur dan lempung di bagian hilir semua bergerak ke bawah. Meander mulai bergerak lateral, setelah banjir sedimen halus mengisi dataran banjir.
Zona Transportasi Sedimen (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi)
3. Zona Pengendapan
Zona ini terletak paling bawah dekat dengan muara. Semua yang berasal dari zona 1 dan 2 terkumpul di sini. Di sungai alami zona ini merupakan daerah kehidupan satwa liar yang amat potensial.
Zona Pengendapan (Sumber: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi)
Hal lain yang banyak terjadi di sungai, adalah lensa pasir/kipas aluvial (alluvial fans). Lensa pasir terbentuk pada tempat dimana terjadi peralihan dasar sungai yang curam ke dasar sungai yang datar. Dengan adanya perubahan dasar sungai yang tiba – tiba dari curam ke dasar sungai yang datar, akan terjadi proses pengendapan terhadap beban sedimen yang cukup banyak, dan selanjutnya akan terjadi lensa-lensa pasir. Proses terjadinya lensa pasir hampir sama dengan proses terjadinya delta, dan keduanya akan memperkecil kemiringan dasar sungai beserta kecepatannya.
Kipas Alluvial (Sumber: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi)
Bentuk Sungai
Sungai juga dapat diklasifikasi menurut usianya. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan umur sungai, salah satu metode yang digunakan adalah mempertimbangkan sungai dari sudut geomorfologi. Sungai diklasifikasi menjadi sungai tua, dewasa dan sungai muda. Sungai muda adalah bentuk awal alur sungai. Alur terbentuk di permukaan tanah oleh aliran air. Biasanya bentuk alur seperti “huruf V”, alur tidak beraturan dan terdiri dari beberapa bagian, bagian tertentu mudah tererosi dan bagian lain tidak mudah erosi. Sebagai contoh sungai muda adalah sungai-sungai yang terletak di pegunungan beserta anak-anak sungai yang terbentuk oleh aliran permukaan.
Sungai dewasa adalah perkembangan selanjutnya dari sungai muda, dengan sifat-sifat lembah sungai yang cukup lebar, kemiringan dasar sungai relatif flat/datar dan formasi tebing terbentuk dari hasil longsoran tebing sebelah hulu. Material dasar sungai terbentuk dari material bergradasi hasil dari endapan angkutan sedimen. Sungai dewasa mempunyai bantaran yang relatif sempit, dan biasanya meander sungai sudah terbentuk. Dataran sungai dewasa biasanya sudah mempunyai lebar yang cukup, sehingga ditempat tersebut lahannya sudah banyak yang dimanfaatkan oleh masyarkat, baik untuk pertanian maupun pemukiman. Untuk mencegah labilnya alur sungai dewasa, maka ditempat-tempat tertentu banyak dilakukan usaha stabilisasi sungai dan perlindungan tebing sungai untuk mencegah perubahan/ perpindahan alur sungai.
Sungai tua merupakan perkembangan selanjutnya dari sungai dewasa. Sebagai akibat dari proses erosi dan sedimentasi yang terus menerus, lembah sungai terbentuk dengan lebar sungai menjadi lebih lebar dan kemiringan dasar sungai menjadi lebih landai. Meander dan panjang meander yang terbentuk masih lebih sempit dari lembah sungainya. Ciri lain dari sungai tua adalah di kanan-kiri sungai terbentuk tanggul alam dan banyak terbentuk rawa-rawa. Banyak terjadi anak sungai yang terbentuk sejajar dengan induk sungainya pada jarak yang cukup panjang sebelum bermuara kembali ke induk sungainya.
Bentuk Sungai (Sumber: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi)
Dataran Banjir dan Formasi Delta
Dengan berjalannya waktu, proses erosi berjalan terus baik melalui proses erosi permukaan maupun erosi yang terjadi di badan sungai, disertai longsoran-longsoran tebing, maka material hasil erosi tersebut akan terangkut ke arah hilir, sehingga terbentuk tebing- 35 tebing sungai yang berfungsi sebagai batas alur sungai dan pembentukan meander sungai. Dengan banyaknya angkutan sedimen yang terbawa arus sungai, maka seterusnya sedimen tersebut akan diendapkan di daerah yang relatif rendah dan selanjutnya akan terbentuk dataran banjir. Pada tempat-tempat tertentu di hilir dekat muara dimana kemiringan sungai relatif datar dan turbulensi aliran kecil akan terjadi endapan sungai yang selanjutnya akan membentuk “delta” sungai.
Hal lain yang akan terjadi adalah alur sungai akan menjadi lebih panjang dan kemiringan dasar sungai akan mengecil. Dasar sungai sebelah hulu akan bertambah tinggi akibat sedimentasi dan elevasi muka air banjir rata-rata akan lebih tinggi. Apabila ditinjau lebih lanjut maka makin lama akan terlihat bahwa dataran banjir akan bertambah tinggi.
Dataran Banjir dan Formasi Delta (Sumber: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi)
Bentuk DAS
Bentuk geometrik DAS, karakteristik tanah, vegetasi, hidrologi dan klimatologi, hidrolika dan sedimentasi, geologi dan tata guna lahan memberikan permukaan maupun air tanah dalam suatu DAS serta debit sungai. Secara lebih spesifik bentuk geometrik DAS memberikan pengaruh yang cukup dominan kepada debit puncak sistem sungainya. DAS mempunyai bentuk yang bermacam-macam berdasarkan bentuk topografi dan geologinya. Secara garis besar bentuk DAS dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu: bentuk memanjang, bentuk melebar dan bentuk kipas.
Adapun menurut kajianpustaka.com pola DAS dibagi menjadi 4 yaitu DAS berbentuk memanjang, DAS berbentuk radial, DAS berbentuk komplek, dan DAS berbentuk parallel.
Pola DAS (Sumber: kajianpustaka.com)
- DAS berbentuk memanjang. Biasanya induk sungainya akan memanjang dengan anak-anak sungai langsung mengalir ke induk sungai. Kadang-kadang berbentuk seperti bulu burung. Bentuk ini biasanya akan menyebabkan besar aliran banjir relatif lebih kecil karena perjalanan banjir dari anak sungai itu berbeda-beda. Tapi biasanya banjir berlangsung agak lama.
- DAS berbentuk Radial. Bentuk ini karena arah sungai seolah-olah memusat pada suatu titik sehingga menggambarkan adanya bentuk radial, kadang-kadang gambaran tersebut memberi bentuk kipas atau lingkaran. Sebagai akibat dari bentuk tersebut maka waktu yang diperlukan aliran yang datang dari segala penjuru anak sungai memerlukan waktu yang hampir bersamaan. Apabila terjadi hujan yang sifatnya merata di seluruh DAS akan menyebabkan terjadinya banjir besar.
- DAS berbentuk Paralel. DAS ini dibentuk oleh dua jalur DAS yang bersatu di bagian hilir. Apabila terjadi banjir di daerah hilir biasanya terjadi setelah di bawah titik pertemuan.
- DAS berbentuk Komplek. Merupakan bentuk kejadian gabungan dari beberapa bentuk DAS yang dijelaskan di atas.
Karakteristik DAS merupakan gambaran spesifik mengenai DAS yang dicirikan oleh parameter yang berkaitan dengan keadaan morfometri, topografi, tanah geologi, vegetasi, penggunaan lahan, hidrologi dan manusia. Karakteristik DAS pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu: karakteristik biogeofisik dan karakteristik sosial ekonomi budaya dan kelembagaan. Karakteristik DAS secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Karakteristik biogeofisik, yaitu karakteristik meteorologi DAS, karakteristik morfologi DAS, karakteristik morfometri DAS, karakteristik hidrologi DAS dan karakteristik kemampuan DAS.
- Karakteristik sosial ekonomi budaya dan kelembagaan, yaitu karakteristik sosial kependudukan DAS, karakteristik sosial budaya DAS, karakteristik sosial ekonomi DAS dan karakteristik kelembagaan DAS.
Pengelolaan DAS pada dasarnya bertujuan untuk terwujudnya kondisi yang optimal dari sumberdaya vegetasi, tanah dan air sehingga mampu memberi manfaat secara maksimal dan berkesinambungan bagi kesejahteraan manusia.
Pengelolaan DAS (kajianpustaka.com)